MAKALAH BAHAN PENYEGAR COKLAT
April 10, 2020
Add Comment
MAKALAH
BAHAN PENYEGAR COKLAT
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga tugas penyusunan makalah dari mata kuliah TEKNOLOGI PENGETAHUAN BAHAN dengan
judul ” Bahan Penyegar COKLAT”, dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
05 April 2020
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Keberadaan teh, kopi dan coklat pada
masyarakat Indonesia saat ini cukup populer. Di Indonesia kopi, teh dan coklat
lebih populer sebagai makanan penyegar. Teh dan kopi yang dikonsumsi kebanyakan
adalah hasil olahan instant yang dikemas dalam botol atau kemasan.
Begitu pula dengan coklat. Teh dan kopi dalam kemasan tersebut kini menjadi
lebih populer daripada teh dan kopi seduh. Kebiasaan minum teh dan kopi di
Indonesia menjadikan teh dan kopi layaknya air putih dan melupakan budaya dari
teh dan kopi itu sendiri.
Padahal, Indonesia sendiri termasuk negara
penghasil teh, kopi dan coklat terbesar dan saat ini berada di posisi 7 (tujuh)
di dunia sebagai negara pengekspor hasil tersebut namun anehnya sangat sulit
untuk mencari yang berkualitas di Indonesia. Tingkat konsumsi teh, kopi dan
coklat di Indonesia juga termasuk paling kecil jika dibandingkan dengan
negara-negara lain di dunia. Masyarakat Indonesia juga masih minim
pengetahuannya mengenai jenis-jenis, kopi dan coklat yang ada, sehingga benar
adanya jika tak kenal
maka
tak sayang. Beredar pula rumor-rumor negatif mengenai teh, kopi dan coklat yang
berkembang di masyarakat. Lebih lanjut, rumor ini memiliki kekuatan dalam
membentuk opini di masyarakat yang berakibat secara langsung pada menurunnya
jumlah konsumsi di masyarakat.
Mengapa bangsa Indonesia tidak identik
dengan penghasil bahan penyegar seperti teh, kopi dan coklat dibandingkan
dengan negara China, Jepang ataupun Inggris? Padahal pada waktu yang lalu,
Indonesia pernah menempati posisi ke-3 dunia sebagai pengekspor terbesar. Kini
posisi Indonesia sebagai penghasil bahan penyegar terbesar ketiga menjadi turun
hingga ke posisi 7. Harga teh, kopi dan coklat Indonesia sangat dipengaruhi
oleh jumlah permintaan dan ketersediaan komoditi bahan tersebut di tingkat
dunia. Apabila pasokan dunia berlimpah, maka harga bahan tersebut di Indonesia
akan merosot drastis. Peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan penjualan
domestik teh, kopi dan coklat sangatlah besar.
COKLAT
No
|
Provinsi
|
Produksi kakao (ton)
|
||||
2006
|
2007
|
2008
|
2009
|
2010*
|
||
1
|
Aceh
|
17.071
|
19.249
|
27.295
|
29.130
|
28.429
|
2
|
Sumatera
Utara
|
58.949
|
64.782
|
60.253
|
78.255
|
69.106
|
3
|
Sumatera
Barat
|
18.623
|
20.725
|
32.183
|
33.430
|
34.099
|
4
|
Lampung
|
25.611
|
24.671
|
25.690
|
26.037
|
25.919
|
5
|
Jawa Timur
|
19.672
|
16.613
|
18.270
|
22.677
|
23.056
|
6
|
Sulawesi
Tengah
|
131.942
|
146.778
|
151.949
|
138.149
|
187.179
|
7
|
Sulawesi
Selatan
|
144.533
|
119.293
|
112.037
|
164.444
|
177.472
|
8
|
Sulawesi
Barat
|
112.927
|
88.436
|
149.458
|
96.860
|
101.012
|
9
|
Sulawesi
Tenggara
|
125.279
|
135.113
|
116.994
|
132.189
|
146.650
|
769.386
|
740.006
|
694.129
|
721.171
|
792.922
|
||
Sumber : Ditjen Bun *) : Angka
sementara. Sementara data pelaku usaha/UPH kakao di daerah sentra produksi
disajikan pada tabel dibawah ini.
Tabel Pelaku usaha kakao
No
|
Provinsi
|
Jumlah UPH/pelaku usaha (unit)
|
1
|
Kalbar
|
1
|
2
|
Sulsel
|
6
|
3
|
NTB
|
2
|
4
|
Lampung
|
28
|
5
|
DIY
|
34
|
6
|
Sulteng
|
75
|
Sumber : Dinas Pertanian Provinsi, Diolah (2011) Berdasarkan
tabel di atas diketahui UPH/pelaku usaha kakao terbanyak di Provinsi
Sulawesi Tengah adalah 75 UPH. Hal ini sesuai dengan produksi kakao di Provinsi
Sulawesi Tengah terbesar nasional yakni mencapai 187.179 ton pada tahun 2010.
Selain Sulawesi Tengah hampir di seluruh wilayah pulau Sulawesi merupakan
sentra produksi kakao. Produksi kakao di Sulawei Selatan mencapai 177.472 ton,
Sulawesi Barat 101.012 ton dan Sulawesi Tenggara 146.650 ton pada tahun 2010.
COKLAT
Penyebab rendahnya produktifitas
tanaman kakao di Indonesia.
- Sebagian besar (30%) pertanaman
kakao di Indonesia merupakan tanaman tua.
- Sebagian besar pertanaman kakao
di Indonesia belum menggunakan bahan tanam unggul.
- Sebagian besar petani kakao
belum mengaplikasikan teknologi budidaya secara baik.
- Serangan hama dan penyakit.
BAB
II
KARAKTERISTIK DAN BAHAN MAKANAN
A.
Coklat (Tehobroma
cacao L)
1.
Karakteristik coklat
Biji coklat diperoleh dari buah tanaman coklat,
Buah coklat biasanya mengandung 30-40 biji yang tertutup oleh pulp yang berlendir. Pulp segar umumnya berwarna putih susu,
lunak dan berlendir. Bagian pulp ini
sebenarnya adalah bagian dinding buah yang melekat pada epidermis kulit biji. Biji
coklat mentah yang masih segar terdiri dari bagian luar adalah pulp, kulit biji, kulit air, keping biji
dan lembaga(embrio)
Karakteristik biji coklat dapat ditentukan dari
:
a.
Kadar air di dalamnya
Kadar air pada coklat sangat
berpengaruh terhadap rendemen hasil (yield) selain itu juga dapat
mempengaruhi daya tahan biji kakao terhadap kerusakan terutama saat
penggudangana(penyimpanan) dan pengangkutan.
Biji kakao memiliki
standar kadar air dengan
mutu ekspor sebesar 6-7%. Dan apabila lebih tinggi dari nilai tersebut,
biji kakao tidak aman disimpan dalam waktu lama, sedang jika
kadar air terlalu rendah biji kakao cenderung menjadi rapuh.
b. Ukuran biji
Ukuran biji rata-rata kualitas eskpor sebesar 1,0 - 1,2 g atau 85 - 100 biji per
100 g
c.
Kadar Kulit
Biji kakao terdiri atas
keping biji (nib) yang
dilindungi oleh kulit (shell).
Kadar kulit dihitung atas dasar perbandingan berat kulit dan berat total biji
kakao (kulit + keping) pada kadar air 6 - 7 %. Kemudian standar kadar kulit
biji kakao yang umum adalah berkisar 11 - 13 %.
d. Kadar
Lemak
Dalam buah coklat, lemak
merupakan komponen termahalnya sehingga nilai ini dipakai oleh konsumen sebagai
salah satu tolok ukur penentuan harga. Lemak yang terdapat pada kakao merupakan
campuran trigliserida, yaitu senyawa gliserol
dan tiga asam lemak.
Lebih
dari 70 % dari gliserida terdiri dari tiga
senyawa tidak jenuh
tunggal yaitu oleodipalmitin (POP), oleodistearin (SOS) dan oleopalmistearin (POS). Selain itu lemak kakao juga mengandung di-unsaturated
trigliserida dalam jumlah yang sangat terbatas.
Komposisi
asam lemak kakao sangat
berpengaruh pada titik leleh dan tingkat
kekerasannya. Titik leleh lemak kakao
yang baik untuk makanan cokelat mendekati suhu badan manusia dengan tingkat kekerasan
minimum pada suhu kamar. Kisaran
kadar lemak biji kakao di Indonesia adalah antara 49 - 52 %.
e. Organoleptik
(cita rasa)
Biji kakao yang baik mempunyai
cita-rasa dan aroma khas cokelat yang menonjol dan rasa asam yang minimal. Citarasa dan aroma khas cokelat akan berkembang lebih
sempurna pada biji kakao yang telah mengalami proses fermentasi yang sempurna Secara kualitatif, kesempurnaan proses fermentasi dapat
dilihat dari perubahan warna keping biji kakao.
Dengan uji belah dapat
diketahui bahwa warna dominan keping biji tanpa fermentasi adalah ungu (violet) atau sering disebut biji slaty Derajat fermentasi
berdasarkan warna keping biji dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu :
• Fermentasi kurang
menghasilkan keping biji berwarna ungu penuh (tanpa fermentasi), warna
ungu seperti batu tulis (fermentasi 1 hari), warna ungu dan coklat sebagian
(fermentasi 2 - 3 hari), warna cokelat
dengan sedikit ungu (fermentasi 4 hari)
• Terfermentasi sempurna menghasilkan keping biji
berwarna coklat dominan
• Fermentasi berlebihan
menghasilkan warna keping biji coklat gelap
dan berbau tidak enak.
2.
Komposisi kimia biji coklat
Komposisi
|
Kandungan (%)
|
Lemak
|
30-35
|
Karbohidrat
|
18
|
Protein
|
18
|
Tanin
|
8-10
|
Mineral
|
3-4
|
Pigmen
|
2-4
|
Asam-asam
|
0,5-1
|
Air
|
Sisanya
|
3.
Daerah asal
Tanaman cokelat ini berasal dari Amerika
Selatan, penduduk Maya dan Aztec di Amerika Selatan adalah perintis pengguna kakao dalam makanan dan
minuman Kemudian Baru abad ke-15 biji cokelat mulai diperkenalkan dengan
kegunaanya sebagai upeti dan alat barter bernilai tinggi, biji cokelat sebagai
pencampur minuman diperkenalkan pada bangsa Spanyol.
4.
Jenis-jenis biji coklat
a. Criollo (Criollo Amerika Tengah dan Amerika Selatan)
Jenis biji coklat ini menghasilkan biji kakao
bermutu sangat baik, Criollo dikenal sebagai kakao mulia, fine flavour
cocoa, choiced cocoa atau edel cocoa.Criollo menpunyai biji tidak berwarna,
buah berwarna merah atau kuning,kulit buah bertonjolan dan berlekuk-lekuk,baud
an rasanya lebih baik dari yang lain.
b. Forastero (Lower Amazone Forastero dan Upper Amazone
Forastero)
Forastero menghasilkan biji kakao bermutu
sedang dikenal sebagai ordinary cocoa atau bulk cocoa. Coklat jenis ini
memiliki warna ungu dengan ukuran lebih besar dibandingkan jenis criollo, buah
berwarna kuning,bau kurang baik dan rasa agak pahit serta kulit buah hamper
rata dan licin
c.
Trinitario
Merupakan hibrida alami dari Criollo dan
Forastero Triitario menghasilkan biji kakao yang dapat termasuk fine flavour
cocoa atau bulk cocoa. Jenis Trinitario yang banyak ditanam di Indonesia adalah
Hibrid Djati Runggo (DR) dan Uppertimazone Hybrida (Kakao lindak).
5.
Manfaat coklat
a. Mampu untuk
menangkap radikal bebas dalam tubuh.
b. Mengurangi kolesterol
pada darah
c. Mengurangi
risiko terkena serangan jantung.
d. Berguna untuk
mencegah timbulnya kanker dalam tubuh.
e. Mencegah
terjadinya stroke dan darah tinggi.
f. Meningkatnya
kadar progesteron pada wanita.
g. Untuk
kecantikan,mencegah penuaan dini
BAB
III
PENENTUAN
MUTU BAHAN
Berdasarkan keterangan yang dipaparkan pada bab dua,telah diketahui
bersama karakteristik coklat sebagai bahan penyegar.Sesuai sifat bahan penyegar
yang merangsang saraf dan meningkatkan laju metabolism tubuh bila
dikonsumsi,bahan penyegar berfungsi sebagai bahan penyegar dan dapat juga
sebagai stimulant.Agar bahan penyegar dapat memenuhi fungsinya, maka harus
memenuhi standar mutu tertentu yang telah ditetapkan baik sebelum diolah dan
setelah diolah.
Pada bab ini kami akan menguraikan
metode penentuan mutu produk olahan dari coklat. Produk olahan kami amati yaitu
: coklat kami mengamati produk olahan cokelat sebagai berikut:Cocoa
powder,Windmolen kokoa,Delfi hot cocoa 3 in 1 dan Vanhouten cocoa.
Metode yang kami
gunakan ialah pengamatan terhadap sifat fisik bahan penyegar dan sifat
organoleptik hasil penyeduhan kami lakukan untuk mengetahui mutu dari berbagai
macam olahan bahan penyegar.
Standar mutu yang
akan kami gunakan untuk pembanding dan acuan pada penentuan adalah standar mutu
bahan penyegar berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI). Mutu bahan
penyegar dapat ditentukan berdasarkan bentuk,ukuran,aroma dan sifat
orgaoleptiknya.Penentuan mutu bahan penyegar jenis coklat dapat dilakukan pada
biji kakao (cocoa),biji kakao olahan
yang murni maupun yang telah dikombinasi dan pada hasil penyeduhan.
A.
Metode Penentuan Mutu
Bahan Penyegar
1.
Mengamati Bahan Penyegar
sebelum penyeduhan
a.
Mengamati bahan penyegar
jenis coklat
Mengambil coklat pada
setiap produk kopi bubuk yang akan dilakukan pengamatan kemudian diamati
butiran,aroma dan warnanya.
2.
Mengamati bahan penyegar
setelah dilakukan penyeduhan
a.
Mengamati seduhan coklat
Pada pengamatan
penyeduhan coklat kami membuat dua perlakuan penyeduhan dengan waktu yang berbeda
pada masing-masing produk coklat,perlakuan pertama yaitu penyeduhan coklat
dengan waktu tiga menit,perlakuan yang kedua yaitu penyeduhan coklat dengan
waktu 15 menit.
1)
Penyeduhan coklat dengan
waktu 3 menit
Mengambil coklat dari
masing-masing produk dan setiap coklat diseduh pada gelas yang berbeda namun
dengan ukuran,warna dan bentuk gelas yang sama,kemudian coklat diseduh selama 3
menit.Hasil seduhan coklat diamati warna , aroma dan rasanya.
2)
Penyeduhan colat dengan
waktu 15 menit
Mengambil coklat dari
masing-masing produk dan setiap coklat diseduh pada gelas yang berbeda namun
dengan ukuran,warna dan bentuk gelas yang sama,kemudian coklat diseduh selama
13 menit.Hasil seduhan coklat diamati warna , aroma dan rasanya.
B. HASIL
PENGAMATAN
1.
Bahan Penyegar sebelum
penyeduhan
No
|
Nama bahan
|
Butiran
|
Warna
|
Aroma
|
Kemasan
|
1
|
Coklat
inti sari
|
Serbuk
halus
|
Coklat
muda
|
Normal
|
50
g
|
2
|
Cocoa
Vanhouten
|
Serbuk
halus
|
Coklat
muda
|
Normal
|
45
g
|
3
|
Minuman
coklat windmolen
|
Serbuk
kasar
|
Coklat
tua
|
Normal
|
15
g
|
4
|
Coklat
Windmolen
|
Serbuk
halus
|
Coklat
|
Normal
|
45
g
|
2.
Bahan penyegar setelah
dilakukan penyeduhan
a.
Penyeduhan Coklat
No
|
Nama Bahan
|
Seduh 3 menit
|
Seduh1
5 Menit
|
||||
Warna
|
Aroma
|
Rasa
|
Warna
|
Aroma
|
Rasa
|
||
1
|
Cocoa
powder
|
Coklat
biasa
|
Coklat susu
|
Pahit
minimum
|
Terdapat
endapan/memi-sah
|
Bau pahit
coklat
|
Pahit medium
|
2
|
Windmolen
kokoa
|
Coklat
|
Bau khas
coklat
|
Pahit pekat
maksimal
|
Terdapat
endapan yang jelas
|
Bau mulai
memudar
|
Tidak terlalu pahit
|
3
|
Delfi hot
cocoa 3 in 1
|
Coklat susu
|
Coklat khas
cream-er
|
Mnis pahit
khas coklat
|
Mulai
memudar
|
Bau manis
susu
|
Sama
|
4
|
Vanhouten
cocoa
|
Coklat
pekat
|
Aroma khas
|
Pahit
maksimal
|
Coklat
biasa (memudar)
|
Bau mulai
jauh
|
Pahit maksimal
|
C.
STANDAR
MUTU
1.
Coklat
Salah
satu faktor yang mempengaruhi mutu kakao adalahpenanganan pasca panen yang
kurang tepat seperti proses fermentasi.Sedangkan proses fermentasi adalah titik
berat pengolahan biji kakao.
a.
Persyaratan mutu biji
coklat
Mutu
biji kakao berdasarkan ukuran biji
Ukuran
|
Jumlah biji/100 gram
|
AA
|
85
|
A
|
100
|
B
|
110
|
C
|
120
|
S
|
<120
|
Syarat umum biji kakao
No
|
Kriteria
|
Satuan
|
Persyaratan
|
A
|
Kadar Air
|
%
(b/b)
|
maks
7.5
|
B
|
Biji Bau Asap / Abnormal Dan
Berbau Asing
|
-
|
Tidak
Ada
|
C
|
Serangga Hidup
|
-
|
Tidak
Ada
|
D
|
Kadar Biji Pecah / Pecahan
Biji/Pecahan Kulit
|
%
(w/w)
|
Maks
3.0
|
E
|
Kadar Benda Asing
|
%
(w/w)
|
Maks
0
|
F
|
Serangga Mati
|
-
|
Tidak
Ada
|
Syarat
khusus biji kakao
Karakteristik
|
Persyaratan mutu (maks)
|
|
Mutu I
|
Mutu II
|
|
Kadar biji berkapang (b/b)
|
3%
|
4%
|
Kadar biji tidak terfermentasi
|
3%
|
8%
|
Kadar biji berserangga,
pipih berkecambah
|
3%
|
6%
|
b.
Persyaratan mutu bubuk kakao, ditambah gula atau bahan pemanis
lainnya
No Test
|
Kriteria
|
Satuan
|
Persyaratan
|
A
|
Keadaan
(Bau, Rasa Dan Warna)
|
-
|
Normal
|
B
|
Lemak
Kakao
|
%
(w/w)
|
Min
12
|
C
|
Padatan
Kakao Tanpa Lemak
|
%
(w/w)
|
Min
14
|
D
|
Total
Padatan Kakao
|
%
(w/w)
|
Min
32
|
E
|
Lemak
Susu
|
-
|
Min
3,5 ( tanpa susu )
|
F
|
Lemak
Total
|
-
|
Min
12 ( tanpa susu )
|
G
|
Padatan
Susu Tanpa Lemak
|
-
|
Min
10,5 ( tanpa susu )
|
H
|
Kandungan
Timbal (Pb)
|
mg/kg
|
Maks 0.1
|
I
|
Kandungan
Tembaga (Cu)
|
mg/kg
|
Maks 15
|
J
|
Kandungan
Arsen (As)
|
mg/kg
|
Maks 0.5
|
K
|
Jumlah
Gula (Sakarosa )
|
-
|
Maks 66 (tanpa susu)
|
L
|
Bahan
Makanan Tambahan
|
-
|
-
|
L1
|
- Bahan Makanan Tambahan :
Pewarna
|
-
|
-
|
L2
|
- Bahan Makanan Tambahan :
Pemanis
Buatan
|
-
|
Tidak boleh ada
|
c.
Coklat olahan
lainnya dalam bentuk balok, lempengan/batangan berisi.
No Test
|
Kriteria
|
Satuan
|
Persyaratan
|
A
|
Keadaan (Bau, Rasa Dan Warna)
|
-
|
normal,
khas lemak kakao
|
B
|
Indeks Bias Nd40
|
-
|
1.456
- 1.459
|
C
|
Titik Leleh Awal 0 C ,Akhir 0 C
|
C
|
awal
= 30 - 34; akhir = 31 - 35
|
D
|
Asam Lemak Bebas (Sebagai
Asam
Oleat)
|
%
|
maks
1.75
|
E
|
Bilangan Penyabunan
|
mg KOH/gr lemak
|
181-198
|
F
|
Bilangan Iod (Wijs)
|
gr/100 gr
|
33-42
|
G
|
Bahan Tak Tersabunkan
|
%
|
maks,
0,35
|
H
|
Cemaran Logam ( Pb, Cu, Fe )
|
-
|
maks.
0,5 , maks 0,4 , maks 2,0
|
I
|
Arsen
|
-
|
maks.
0,5
|
J
|
Kandungan Timbal (Pb)
|
mg/kg
|
maks.
0,5
|
K
|
Kandungan Tembaga (Cu)
|
mg/kg
|
maks
0.4
|
L
|
Kandungan Besi (Fe)
|
mg/kg
|
maks
2.0
|
M
|
Kandungan Arsen (As)
|
mg/kg
|
maks
0.5
|
BAB IV
PRODUK OLAHAN
A.
Coklat
Proses pengolahan buah coklat hampir sama
dengan proses pengolahan buah kopi. Pada prinsipnya proses pengolahan buah
coklat meliputi tahap pengupasan, fermentasi, perendaman dan pencucian serta
pengeringan. Berikut langkah – langkah yang bisa dilakukan dalam pengolahan
buah coklat, yaitu:
1. Buah
coklat dikupas dengan pisau yang tajam atau alat lain. Lalu biji coklat
ditempatkan dalam keranjang bambu, didasar keranjang diberi alas daun bambu.
Tumpukan biji coklat ditutup dengan daun pisang juga. Fermentasi dilakukan
selama 2-8 hari. Tumpukan biji coklat diaduk setiap 1-2 hari sekali. Pengadukan
dapat dilakukan dengan cara memindahkan biji coklat yang difermentasi pada
keranjang yang lain. Proses fermentasi dihentikan jika warna biji sudah
berwarna coklat dan bentuknya menggembung. Setelah proses fermentasi, dilakukan
perendaman dan pencucian. Perendaman dilakukan selama kurang lebih 2 jam.
2. Menggunakan
mortar
Pertama
– tama contoh ditimbang sebanyak 10 gram. Sementara itu disiapkan 30 ml akuades
pada gelas ukur. Lalu contoh ditempatkan pada mortar dengan sedikit pasir
bersih, kemudian ditambahkan sedikit akuades dari gelas ukur ke dalam mortar.
Contoh dihancurkan selama 3 menit. Selanjutnya semua sisa air pada gelas ukur
ditambahkan ke dalam mortar dan dicampur sampai merata. Kemudian dilakukan
pengeringan dengan metode seperti nomor 1.
Kemudian
setelah proses pengolahan, maka hasil olahan tadi dapat diolah lagi menjadi cooking chocolate (bubuk coklat kue), sweet chocolate (coklat manis), white
chocolate (coklat putih), dutch process
chocolate, bitter chocolate (coklat pahit), milk,sweet and white chocolate untuk pelapis kue, permen, susu dan
biskuit, jenis semi sweet, extra bitter
untuk minuman, puding dan saus.
BAB
V
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa contoh bahan
penyegar yang paling popular di Indonesia salah satunya
coklat.
Coklat yang kami teliti adalah bermacam varian bubuk coklat yang ada
disupermaket diantaranya Cocoa powder, Windmolen kokoa, Delfi hot cocoa 3 in 1, Vanhouten cocoa. Bubuk coklat tersebut tidak sama mutunya, tetapi
secara umum masih dalam keadaan normal, tidak ada penyimpangan yang signifikan.
Untuk
mengetahui biji coklat bermutu baik
dapat diketahui dari kadar air maksimal 7,5%, tidak ada biji kopi yang berbau
asap atau berbau asing, tidak ada serangga yan hidup didalamnya.
Jadi, sebenarnya kualitas coklat di Indonesia tidak kalah dengan
kualitas coklat dari luar nengri.
B.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Michael, M. 2010. Chocolate Bar-Masih Delicious!.
2. Rinaldi, Jemmy, dkk, 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Kakao pada PerkebunanRakyat di Bali: Pendekatan Stochastic Frontier . Jurnal SEPA, Vol. 10, No. 10, Halaman 47-54.
2. Rinaldi, Jemmy, dkk, 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Kakao pada PerkebunanRakyat di Bali: Pendekatan Stochastic Frontier . Jurnal SEPA, Vol. 10, No. 10, Halaman 47-54.
3. Sunanto, H. 1999. Cokelat : Pengolahan Hasil dan Aspek Ekonominya.
Kanisius, Yogyakarta.

0 Response to "MAKALAH BAHAN PENYEGAR COKLAT"
Post a Comment