Peristiwa Terjadinya Banjir dalam Kebudayaan Lain Dalam Kebudayaan Sumeria
March 24, 2020
Add Comment
Peristiwa
Terjadinya Banjir dalam Kebudayaan Lain
Dalam
Kebudayaan Sumeria
Tuhan/ Dewa yang bernama Enlil berkata kepada suatu kaum bahwa tuhan yang
lain ingin menghancurkan umat manusia, namun ia sendiri berkenan untuk
meyelamatkan mereka. Pahlawan dalam kisah ini adalah Ziusudra, raja yang taat
kepada raja negeri Sippur. Tuhan Enlil menyuruh Ziusudra apa yang harus
dilakukan untuk bisa selamat dari banjir. Naskah yang berkaitan dengan
pembuatan kapal tersebut telah hilang, namun fakta bahwa bagian ini pernah ada,
diungkapkan dalam bagian yang menyebutkan bagaimana Ziusudra diselamatkan.
Berdasarkan versi bangsa Babylonia tentang banjir, bisa disimpulkan bahwa dalam
versi bangsa Sumeria pun, tentulah terdapat perincian yang lebih luas secara
utuh tentang kejadian tersebut, tentang sebab-sebab terjadinya banjir dan
bagaimana perahu tersebut dibuat.
1. Dalam
Kebudayaan Babilonia
Ut-Napishtim adalah persamaan tokoh bangsa Babilonia terhadap pahlawan
dalam peristiwa banjir dalam kisah bangsa Sumeria yaitu Ziusudra. Tokoh penting yang lain
adalah Gilgamesh. Menurut legenda, Gilgamesh memutuskan untuk mencari dan
menemukan para leluhurnya untuk mengupayakan rahasia kehidupan yang abadi. Ia
melakukan sebuah perjalanan yang menentang bahaya dan pebuh dengan kesulitan.
Ia diperintahkan supaya melakukan sebuah perjalan dimana ia harus melewati
“Gunung Mashu dan air kematian” dan sebuah perjalanan yang hanya dapat
diselesaikan oleh seorang anak tuhan bernama Shamash. Namun Gilgamesh tetap
dengan gagah berani melawan semua bahaya selama perjalanan dan akhirnya
berhasil mencapai Ut-Napishtim.
Naskah ini dipotong/selesai pada titik dimana
terjadi pertemuan antara Guilgamesh dan Ut-Napishtim, dan ketika akhirnya
menjadi jelas, Ut-Napishtim bekata kepada Gilgamesh bahwa “para tuhan hanya
menyimpan rahsia kematiandan kehidupam untuk diri mereka sendiri” (yang mereka tidak
akan memberikannya kepada manusia). Atas jawaban ini Gilgamesh bertanya kepada
Ut-Napishtim bagaimana ia dapat memperoleh keabadian; dan Ut-Napishtim
menceritakan kepadanya kisah tentang banjir sebagai jawaban atas pertanyaannya.
Banjir tersebut juga diceritakan dalam kisah “duabelas meja (twelve tables) “
yang terkenal dalam epik tentang Gilgamesh.
Ut-Napishtim memulainya dengan mengatakan
bahwa kisah yang akan diceritakan kepada Gilgamesh adalah merupakan“sesuatu
yang rahasia, sebuah rahasia dari tuhan”. Ia berkata bahwa ia dari kora
Shuruppak, kota tertua diantara kota-kota di daratan Akkad. Berdasarkan
ceritanya, tuhan “Ea” telah menyerukan kepaanya melalui tembok gubuknya dan
mengumumkan bahwa tuhan-tuhan telah memutuskan untuk menghancurkan semua benih
kehidupan dengan perantaraan sebuah banjir; namun alasan tentang keputusan
mereka tidaklah diterangkan dalam cerita banjir bangsa Babylonia sebagaimana
telah diterangkan dalam kisah banjir bangsa Sumeria. Ut-Napishtim berkata bahwa
Ea telah menyuruhnya untuk membuat sebuah perahu dimana ia harus membawa serta
dan membwa “benih-benih dari semua makhluk hidup”. Ea memberitahukan kepadanya
tentang ukuran dan bentuk dari kapal tersebut, berdasarkan hal ini, lebar,
panjng dan ketinggian dari kapal sama satu sama dengan yang lain. Badai besar
menjungkirbalikan semuanya dalam waktu enam hari dan enam malam. Pada
hari yang ke tujuh, badai mulai reda. Ut-Napishtim melihat bahwa diluar kapal,
“telah berubah menjadi Lumpur yang lengket’. Dan sang
kapalpun berhenti di gunung Nisir.
Menurut catatan bangsa Sumeria dan
Babylonia, Xisuthros atau Khasisatra diselamatkan dari banjir oleh sebuah kapal
dengan panjang 925 meter, bersama dengan keluarga dan teman-temannya dan
bersama burung-burung dan berbagai jenis binatang. Hal ini dikatkan bahwa “air
terbentang menuju ke surga, lautan menutupi pantai dan sungai meluap dari dasar
sungai”. Dan kapalpun akhirnya berhenti di gunung Corydaean.
Menurut cattan bangsa
Babilonia-Syria, Ubar Tutu atau Khasisatra diselamatkan bersama dengan keluarga
dan pembantunya, umatnya dan binatang-binatang dalam sebuah kapal dengan lebar
600 cubits (ukuran panjang), tinggi dan lebarnya 60 cubit. Banjir tersebut
berlangsung selama 6 hari dan 6 malam. Ketika kapal tersebut menapai gunung
Nizar, merpati yang dilepaskan kembali ke kapal sedangkan burung gagak yang
sama-sama dilepaskan tidak kembali.
Berdasarkan beberapa catatan bangsa
Sumeria, Asyiria dan Babylonia, Ut-Napishtim bersama dengan keluarganya selamat
dari banjir yang terjadi selama 6 hari dan 6 malam. Hal ini dikatakan “ Pada
hari ke tujuh Ut-napishtim melihat keluar. Ternyata sangatlah sepi. Orang telah
berubah menjadi Lumpur”. Ketika kapal berhenti di gunung Nizar, Ut-napishtim
menerbangkan seekor burung merpati, seekor ggak dan seekor buurng pipit. Burung
gagak tinggal untuk memakan bangkai, sedangkan dua burung yang lain tidak
kembali.
2. Dalam
Kebudayaan India
Dalam epic dari India berjudul Shatapata Brahmana dan Mahabharata,
seseorang yang disebut dengan Manu diselamatkan dari banjir bersama dengan
Rishiz. Menurut legenda , seekor ikan yang ditangkap oleh Manu dan ikan
tersebut diselamatkannya, tiba-tiba berubah menjadi besar dan mengatakan
kepadanya untuk membuat sebuah perahu dan mengikatkan ke tanduknya. Ikan ini
dilambangkan sebagai pengejawantahan dari dewa Wisnu. Ikan tersebut menuntun
kapal mengarungi ombak yang besar dan membawanya ke utara ke gunung Hismavat.
3. Dalam
Kebudayaan Wales
Menurut legenda Welsh (dari Wales, dari Celtic di Inggris), dikatakan bahwa
Dwynwen dan Dwfach selamat dari bencana yang besar dengan sebuah kapal. Ketika
banjir yang amat mengerikan yang terjadi dari meluapnya Llynllion yang disebut
dengan Danau Gelombang. Setelah selamat akhirnya mereka berdua mulai menghuni
kembali daratan Inggris.
4. Dalam
Kebudayaan Scandinavia
Legenda Nordic Edda melaporkan tentang Bergalmir dan istriya selamat dari
banjir dengan sebuah kapal yang besar.
5. Dalam
Kebudayaan Lithuania
Dalam legenda Lithuania, diceritakan bahwa beberapa pasang manusia dan
binatang diselamatkan dengan berlindung di puncak permukaan gunung yang tinggi.
Ketika angin dan banjir yang berlangsung sela dua hari dan dua belas malam
tersebut mulai mencapai ketinggian gunung yang hampir akan menenggelamkan yang
ada diatas puncak gunung tersebut, sang Pencipta melemparkan sebuah kulit
kacang raksasa kepada mereka. Sehingga mereka yang ada di gunung tersebut
diselamatkan dari bencana dengan berlayar didalam kulit kacang raksasa ini.
6. Dalam
Kebudayaan China
Sumber di bangsa China menghubungkan cerita ini dengan seseorang yang
dipanngil denangan nama Yao bersama dengan tujuh orang lain atau Fa li bersama
dengan istri dan anak-anaknya, diselamatkan dari bencana banjir dan gempa bumi
dalam sebuah perahu layar. Disini dikatakan “dunia semuanya berada dalam
kehancuran. Air menyembur dan menutupi semua tempat”. Akhirnya,
airpun surut.
7. Banjir
Nuh dalam Mitologi Yunani
Dewa Zeus memutuskan untuk menghancurkan orang-orang yang telah menjadi
semakin bertindak sesat setiap saat, dengan sebuah banjir. Hanya Deucalion dan
istrinya Pyrrha yang diselamatkan dari banjir, karena ayah Deucalion sebelumnya
telah menyarankan anaknya untuk membuat sebuah kapal. Pasangan ini turun ke
gunung Parnassis pada hari ke sembilan setelah turun dari kapal.
Semua legenda ini mengindikasikan sebuah realitas sejarah yang konkret.
Dalam sejarah setiap masyarakat/kaum menerima pesan dan risalah, setiap insan
menerima wahyu Suci, sehinga banyak kaum yang telah belajar tentang Banjir.
Sayangnya, sebagaimana kaum-kaum yang berpaling dari inti wahyu Suci, peristiwa
banjir besar itupun mengalami banyak perubahan dan menjadi bermacam legenda dan
mitos.
Satu-satunya sumber dimana kita dapat menemukan kisah sejati tentang Nuh
dan kaum yang menolaknya adalah di dalam Al Qur’an, yang merupakan satu-satunya
sumber yang belum (dan tidak akan) mengalami perubahan sebahai Wahyu suci.
Al Qur’an menyediakan bagi kita keterangan yang benar tidak hanya tentang
banjir Nuh namun juga tentang kaum dan peristiwa sejarah lainnya, dalam bab-bab
berikut kita akan melihat kembali kisah-kisah sejati ini.

0 Response to "Peristiwa Terjadinya Banjir dalam Kebudayaan Lain Dalam Kebudayaan Sumeria"
Post a Comment